TOBOALI, BANGKA SELATAN – Pertambangan di wilayah IUP PT Timah, kembali menjadi pertanyaan. Meski sudah berulang kali jadi pembahasan, persoalan ini seperti tak kunjung menemukan titik akhir. Apa yang sebenarnya terjadi di balik permukaan laut Sukadamai?.
Seorang narasumber yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan keprihatinannya dengan nada getir, “Namanya laut, punya hukum sendiri.” Pernyataan tersebut menggambarkan betapa rumitnya situasi di lapangan, di mana batas antara yang sah dan yang salah kian kabur.
Diduga lemahnya pengawasan menjadi biang keladi dari matinya keadilan di wilayah pertambangan laut ini. Sementara penindakan hukum seakan hanya berjalan di tempat.
“Untuk apa ada penindakan kalau hasilnya tak pernah menuntaskan masalah? Sumber daya terus terkuras,” kata narasumber (narsum) kepada tim. Kamis, (29/5/2025).
Pemerintah daerah dan pihak berwenang diharapkan bertindak cepat dan tegas atas kondisi ini. Masyarakat mendambakan keadilan, bukan hanya janji. Ketika laut dipaksa tunduk pada kepentingan sesaat, maka bukan hanya ekosistem yang rusak, tapi juga nilai-nilai hukum yang terkikis.
Kini, semua pihak menanti Jawaban akankah ada keberanian untuk membenahi secara tuntas, ataukah laut Sukadamai akan terus menjadi panggung bagi drama tambang tak berkesudahan?





