PT Timah Tbk

PT Timah Mantapkan Posisi Indonesia di Industri Global

42
×

PT Timah Mantapkan Posisi Indonesia di Industri Global

Sebarkan artikel ini

PANGKALPINANG — PT Timah Tbk terus mengintensifkan kegiatan eksplorasi di Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan sebagai upaya menambah sumber daya dan cadangan timah yang berkelanjutan.

Eksplorasi yang dilakukan PT Timah Tbk untuk memastikan kesinambungan produksi sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen timah terbesar di dunia dan mewujudkan hilirisasi serta pengelolaan Rare Earth Element (REE) di dalam negeri.

Selama lebih dari 50 tahun , PT Timah Tbk melakukan pengembangan kegiatan eksplorasi untuk menemukan dan memperbesar jumlah sumber daya dan cadangan timah yang dimiliki.

Hingga semester 1 tahun 2025, Emiten TINS ini mencatatkan sumber daya mineral timah sebesar 798.000 ton sn dan cadangan mineral timah sebesar 309.000 ton sn.

Kegiatan eksplorasi dilakukan secara terintegrasi baik di wilayah darat maupun laut. Tim geologi perusahaan menerapkan metode survei modern, pemetaan geologi, pengambilan contoh bor, hingga pemodelan cadangan untuk mendapatkan data yang akurat.

Dengan bertambahnya cadangan, PT Timah optimis dapat mendukung program hilirisasi pertimahan yang tengah digalakkan pemerintah. Ketersediaan bahan baku yang memadai menjadi kunci agar industri timah nasional semakin kuat dan berdaya saing di pasar global.

“Eksplorasi yang intensif akan menjamin pasokan bijih timah jangka panjang, sehingga mendukung hilirisasi dan ketahanan industri timah Indonesia,” kata Corporate Secretary PT Timah Tbk, Rendi Kurniawan.

Rendi menambahkan, PT Timah berkomitmen untuk melaksanakan tata kelola penambangan yang baik, memastikan setiap proses bisnis dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, memperhatikan keselamatan kerja, dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

“Dengan cadangan yang kuat, PT Timah dapat terus memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, pembangunan daerah, dan kesejahteraan masyarakat,” tutup Rendi.

Berbagai lembaga internasional, di antaranya International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB), menyampaikan bahwa prospek perekonomian dunia di tahun 2025 menghadapi tantangan yang kompleks. Beberapa faktor utama yang memengaruhi kondisi tersebut antara lain dampak berlanjut dari konflik geopolitik global, proteksionisme, perubahan iklim dan tekanan utang di negara berkembang.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 berada di kisaran 3,2%, dengan dukungan utama dari pemulihan ekonomi negara-negara berkembang dan meningkatnya investasi di sektor teknologi hijau. Hal ini memberikan sinyal positif bagi permintaan logam strategis, terutama dalam mendukung produksi perangkat elektronik, kendaraan listrik, serta komponen energi terbarukan.

Berdasarkan World Bank, harga timah diperkirakan naik pada 2025 didukung oleh meningkatnya permintaan untuk semikonduktor, panel fotovoltaik dan teknologi transisi energi lainnya. Permintaan timah secara global diperkirakan mencapai 405 kiloton pada 2025 dan tumbuh dengan CAGR sebesar 3,4% hingga mencapai 496 kiloton pada pada 2030. Meskipun demikian, ada beberapa faktor risiko kemungkinan akan memicu peningkatan volatilitas pasar pada tahun 2025, diantaranya karena ketidakpastian seputar kemungkinan perang dagang dan ekonomi AS-China. Pemangkasan suku bunga di Uni Eropa dan AS dapat merangsang investasi, tetapi risiko penurunan tetap ada. Ketidakpastian utama yang dihadapi pasar pada tahun 2025 dapat memengaruhi sentimen, yang pada akhirnya dapat menyebabkan volatilitas harga di masa mendatang.

Di tingkat domestik, kebijakan hilirisasi mineral yang dicanangkan pemerintah memberikan peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah produk dan memperkuat posisi industri dalam rantai pasok global. Program hilirisasi ini juga diharapkan dapat menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional melalui penguatan sektor industri dan penciptaan lapangan kerja. Perseroan memproyeksikan prospek usaha tahun 2025 dapat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dengan mengandalkan sejumlah sektor pendorong. Hilirisasi produk timah menjadi salah satu prioritas utama, termasuk pengembangan produk bernilai tambah.