Sejarah

Tragis! Cinta Ditolak, Ilmu Pelet Menyulut Petaka

193
×

Tragis! Cinta Ditolak, Ilmu Pelet Menyulut Petaka

Sebarkan artikel ini

CIREBON – Sebuah kisah asmara tragis yang melegenda di tanah Cirebon kembali mencuat dan menjadi bahan perbincangan hangat. Cerita cinta antara seorang pemuda miskin bernama Baridin dan gadis kaya nan rupawan bernama Suratminah tak hanya berakhir pilu, tapi juga menyisakan jejak mistis yang menyayat hati.

Baridin, pemuda sederhana dari keluarga miskin, hidup bersama sang ibu, Mbok Wangsih, setelah kepergian sang ayah. Meski memiliki paras yang tak memikat dan hidup dalam kekurangan, Baridin menyimpan cinta dalam diam kepada Suratminah—putri tunggal dari Mang Dam, duda kaya raya di wilayah itu.

Sayangnya, cinta Baridin bertepuk sebelah tangan. Ketika ibunya memberanikan diri melamar Suratminah atas desakan Baridin, jawaban yang diterima justru penghinaan dan perlakuan kasar. Mbok Wangsih diusir dengan hinaan menyakitkan yang menyayat hati Baridin.

Diliputi amarah, kecewa, dan rasa bersalah, Baridin mengambil jalan yang kelam. Ia melakukan tapa brata—puasa dan semedi selama 40 hari 40 malam—untuk menguasai Ajian Kemat Jaran Goyang, ilmu pelet legendaris yang diyakini bisa membuat siapa pun tergila-gila padanya.

Ajaibnya, mantera itu berhasil. Suratminah tiba-tiba berubah—menangis, meratap, memohon kepada ayahnya agar dinikahkan dengan Baridin. Keluarga yang dulu menghina, kini datang memohon kepada pemuda malang itu. Namun, ketika mereka sampai ke gubuk Baridin, yang mereka temukan hanya jasad kaku tanpa nyawa. Baridin meninggal dalam keadaan lemah, setelah bertapa tanpa makan dan minum demi cinta yang tak pernah berbalas.

Suratminah tak sanggup menerima kenyataan. Ia kehilangan akal, terus menyebut nama Baridin hingga akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia tak lama kemudian.

Kedua orang tua, Mang Dam dan Mbok Wangsih, hidup dalam penyesalan dan duka mendalam hingga mereka pun menyusul kepergian anak-anak mereka.

“Cinta, ketika dipaksakan dan dikendalikan nafsu, bisa berubah menjadi bencana,” ujar salah satu sesepuh desa yang mengenang tragedi ini sebagai pelajaran bagi generasi muda tentang makna cinta, harga diri, dan batas antara harapan serta obsesi.

Legenda Baridin dan Suratminah kini hidup sebagai kisah yang diwariskan turun-temurun—sebuah pengingat bahwa cinta sejati tak bisa dipaksa, dan ilmu hitam bukanlah jawaban.